Kamis, 25 Oktober 2018

LIBURAN MUSIM GUGUR KE JEPANG

Mina-san, konnichiwa~
Apa kabar teman-teman semuanya? semoga baik-baik saja ya. Saya akan menceritakan pengalaman saya selama liburan di Jepang. Persiapan sebelum berangkat, biaya yang dikeluarkan (dan tips hemat), lokasi yang dikunjungi, dan beberapa tips yang semoga bisa bermanfaat untuk kalian yang akan ke Jepang. Jadi, dibaca sampai habis ya..

Siapa nih yang tidak tahu dengan Jepang? hmmm..
Negara ini merupakan salah satu negara favorit saya untuk liburan. Budaya, makanan, masyarakat, alam, semuanya sangat menyenangkan. percayalah!

Tahun ini, saya berkesempatan liburan ke sana setelah pengajuan cuti disetujui oleh atasan saya. Tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk mengunjungi Jepang. Persiapan yang harus disiapkan adalah:
  1. Paspor dan visa
  2. Tiket pesawat PP dan Penginapan
  3. JRPASS (7 hari)
  4. Tiket Universal Studio Japan
Untuk kalian yang belum ada paspor atau yang 6 bulan lagi akan habis masa berlakunya, lebih baik di buat/diperpanjang terlebih dahulu. Kebetulan paspor saya sudah habis masa berlakunya, maka saya perpanjang lagi dengan biaya sekitar Rp. 355.000,-, dan untuk pembuatan visa biayanya sekitar Rp. 360.000,- (Konsulat Jenderal Jepang Medan).

Pada bulan agustus saya memantau harga tiket pesawat yang berubah-ubah dengan kisaran harga 3juta - 15juta tergantung maskapai yang ingin digunakan. Karena ini liburan pertama ke Jepang, saya memutuskan untuk menggunakan maskapai terbaik tahun 2018 (Singapore Airline), supaya berkesan aja. Nah, dengan bantuan aplikasi Traveloka, saya memilih paket Flight+hotel (ada diskon 20%). Biaya yang saya keluarkan sebesar Rp. 8.932.315. Biaya tersebut terdiri dari:
  • Medan - Singapore (by Silk Air)
  • Singapore - Tokyo (by Singapore Airlines)
  • Oak Hostel Cabin (Penginapan di Tokyo 6 malam)
Untuk memudahkan transportasi bagi turis, pemerintah Jepang memfasilitasinya dengan JRPASS. Gratis menggunakan alat transportasi yang masuk kedalam JR Grup loh (Beberapa Shinkansen, Bus, Ferry, Kereta), jadi kalian bisa keliling-keliling Jepang deh. JRPASS (exchange order) harus sudah dibeli di negara asal sebelum ditukarkan di Jepang nanti. Jadi, kalian bisa memesan JRPASS di Traveloka/aplikasi lainnya atau menggunakan jasa travel agent apapun. Saya menggunakan jasa Dwidaya Tour untuk mengambil Exchange Order JRPASS dengan harga Rp. 3.830.000,-. Proses pemesanan adalah 4 hari kerja. Setelah itu, saya membeli tiket Universal Studio Japan (USJ) dengan harga Rp. 1.001.921,- via Traveloka. Oh iya.. ada penginapan tambahan di Osaka selama 3 malam dengan harga Rp. 3.164.805,- (bagi 3 orang) via Airbnb.
Berikut rincian riil dan perkiraan biaya paling murah untuk keseluruhan biaya persiapan sebelum berangkat ke Jepang:


Jadi, total biaya yang saya keluarkan di Indonesia (sebelum berangkat) adalah Sebesar Rp. 19.326.171,-

Berikut Tips-tips yang mungkin bisa membantu teman-teman sebelum berangkat ke Jepang (Persiapan sebelum berangkat):
  1. Visa memakai jasa travel agent saja, agar tidak mengeluarkan ongkos lagi.
  2. Beli tiket pesawat jauh-jauh hari agar dapat yang lebih murah, atau beli di acara travel fair yang diadakan di banyak kota di Indonesia.
  3. Penginapan juga dipesan jauh-jauh hari, karena selain murah, pilihannya juga banyak yang lebih bagus.
  4. Tentukan tempat yang mau dikunjungi (secara garis besar saja) agar pemesanan penginapan tidak double-double.
  5. Kalau kalian hanya liburan di Tokyo saja, lebih baik tidak usah membeli JRPASS, cukup menggunakan Pasmo atau Suica.

Mari kita lanjut ke perjalanannya...

11 - 12 Oktober 2018
Sekitar jam 2pm, saya berangkat dari Bandara Lasikin Simeulue menuju Bandara Kualanamu Deli Serdang. Perjalanan ditempuh dalam waktu 55 menit, dan dilanjutkan naik kereta menuju Kota Medan dengan waktu 30 menit. Selama 2 hari di medan, saya menyiapkan kira-kira apa saja yang harus dibawa selama di Jepang nanti. Barang-barang yang saya beli saat di Medan adalah Universal Travel Adapter (sangat wajib teman-teman bawa karena colokan listrik di Indonesia dan Jepang itu berbeda), obat-obatan seperti counterpain, entrostop, dan dulcolax (supaya perut tetap bersahabat wkwk), dan barang pribadi lainnya. selain itu saya menukar mata uang Rupiah ke Yen di PT. Star Multi Exchange (Plaza Medan Fair) sebanyak Rp. 5.480.000,- menjadi ¥ 40.000.
Jadi, pengeluaran di tanggal ini jumlahnya adalah Rp. 845.717,-


13 Oktober 2018
Sekitar jam 11am saya check-out dari penginapan, makan siang dan lanjut perjalanan ke Bandara Kualanamu. Saat berada di bandara, saya makan malam dan beli jajanan untuk di Bandara Changi nanti karena tidak menukar uang IDR ke SGD. Jajanan yang dibeli hanya Sari Roti dan Oreo. Penerbangan masih sekitar 2 jam lagi, jadi masih bisa nyantai sambil minum kopi. Boarding sekitar jam setengah jam 8 malam, dan nyampe satu jam kemudian. Selama penerbangan bisa dibilang nyaman karena cuaca sangat mendukung, dan penumpang Silk Air tidak terlalu ramai. Oh iya, sewaktu check-in di Medan mba petugasnya nawarin 

💁: "karena ini penerbangan perdana bapak menggunakan
        Singapore Airline, apa mau ditemani oleh guide dari kita? nanti
        akan ditemani sampai ketujuan"
👦: "Boleh mba". 

Nah sekitar jam 9.45pm, saya langsung dibantu oleh petugas sana untuk melanjutkan penerbangan. eh karena penerbangan ke Tokyo masih besok, petugasnya hanya menjelaskan besok harus ke terminal berapa dan gate mana. Petugasnya hanya memberikan selembar map bandara yang sudah dicoret-coret petunjuknya kita harus kemana aja, dan dia juga menjelaskan tempat tuk istirahat yang ada di bandara yang bisa ditempati, baik yang berbayar maupun yang gratis. Saya pilihnya yang gratis aja, toh yang gratis udah bisa selonjoran juga. Tapi, di bandara ini AC-nya dingin banget, harus bawa pakaian hangat untuk yang mau transit (apalagi transitnya dari malam sampai pagi), kalau ada bawa selimut lebih bagus lagi, atau kalau mau sewa kamar hotel yang ada di bandara pun juga ok. Nah, kalau memang kalian bosan dengan hanya berdiam diri di bandara, kalian bisa coba "Free Singapore Tour". FYI, kalau transit kalian lebih dari 5 jam, kalian bisa memakai fasilitas ini, GRATIS! nanti kalian dibawa jalan-jalan keliling Singapore selama kurang lebih 2 jam. Selengkapnya bisa kunjungi link ini 

14 Oktober 2018
Setelah beristirahat, paginya bangun cari dashboard keberangkatan untuk memastikan harus berada di gate berapa dan keberangkatan jam berapa karena takutnya bisa aja dipercepat penerbangannya atau delay, tapi jarang kali ya untuk bandara sekelas Changi ini untuk ganti-ganti jam penerbangan. Setelah sudah tau dimana posisi keberangkatan, saya cari sarapan yang berdekatan dengan gate penerbangan biar bisa santai-santai sambil menunggu keberangkatan.


Saat sarapan, feeling saya tuk perjalanan kali ini ga beraturan, campur aduk, senang, bingung, degdegan, semuanya ada. Padahal bukan kali pertama mengunjungi negara lain, tapi gatau kenapa beda aja rasanya. Selain itu juga manfaatkan fasilitas internetnya yang lumayan lancar, keluarin laptop, pesan minuman lagi sambil menunggu waktu yang pas tuk nunggu di gate keberangkatan.

Jam 12.45pm masuk pesawat, dokumen dicek oleh pramugari yang cantik
"welcome on board, this way.." sambil tersenyum manis. 
kebetulan dapat tempat duduk di pojokan dekat jendela jadi bisa liat-liat sekitar, eh malah gerimis dan hujan,


dahlah gapapa, toh mau liat apa emangnya?
Perjalanan Changi - Haneda sekitar 6 jam, dan itu siang ke malam. Lumayanlah lamanya, saya sudah siapkan bekal untuk nonton di laptop, "The Walking Dead". Jadi, amanlah ga gabut-gabut banget. Tapi.. setelah makan siang dan minum minuman segala jenis minuman yang bisa diminta sama pramugarinya, saya ketiduran. Padahal malam kemarin tidurnya pulas-pulas aja, dan tiba-tiba udah "announcement" persiapan landing. Hah? kok enak, bangun-bangun sudah mau landing aja. Penumpang disebelah saya ngasih dokumen yang harus kita isi untuk proses pemeriksaaan masuk imigrasi nanti.

Jam 08.00pm landing dan persiapan keluar pesawat, tiba-tiba pramugara datang nyamperin tuk proses keluar dari pesawat. Padahal tinggal turun aja.
👱 :"Hai mr Fajri, how the trip so far?"
👦 :"Yeah, pretty good.."
👱 :"O.. good yea"
Sambil jalan ke pintu keluar pesawat, jumpa lagi sama pramugari yang awal masuk tadi, pas banget sedang megang kamera nih. Dalam pikiranku, wah bisa nih digombalin..

👦: "How to say I love you in Japan?"
👩: "Ee.. in Japan?" (dengan logat Japan dan muka bingungnya itu, kawai)
"Aishitemaseu, I love you, hm"

Skenarionya tuh harusnya saya balas, "I love you too", Tapi karena udah panik cuma bilang, "Okay". Hahahaha.. dan dibalas "Hai.. bye bye". Dahlah gagal gombalin dan diketawai sama pramugaranya. Pas udah sampe pintu keluar pesawat rupanya sudah ada yang nunggu untuk dibantu lagi sampe benar-benar keluar dari bandara

👱: "She'll assist you, okay?"
👦: "Okay.."
👱: "Have a good day, byebye"
👦: "Thank you.."


Nah, disini tuh mbanya sangat membantu, untung mbanya bisa bahasa inggris juga, dan barang bawaan diambilnya juga dong, dia yang bawain, katanya gapapa nanti biar memudahkan proses pemeriksaan imigrasinya. Gimana ya, kasian juga kalo dia yang bawa sebenarnya, ya walaupun ga terlalu besar Bandara Haneda. Gapapa katanya, ya sudah. Perjalanan menuju arrivals, tanya terus kerjaanku itu, dari nama sampe tempat penukaran exchange order JR PASS, trus dia memastikan apakah ada yang jemput atau naik transportasi umum. Tentunya pakai transportasi umumlah, saya tunjukkan tempat penginapan di Tokyo, dari situ dia tau oh kamu harus naik ini, kesini, transit disini, sambung kesini, turun disini. Pas sudah masuk antrian pemeriksaan paspor dan visa, mbanya langsung lewat jalur khusus menugguku diperiksa dokumennya oleh petugas imigrasinya. Selain periksa paspor dan visa, ada pertanyaan tambahan juga dari petugasnya, terkait dengan penginapan dimana, kapan pulang ke Indonesia, mau kemana aja, dan itu prosesnya sebentar saja asalkan kita jawabnya dengan tenang dan meyakinkan. Imigrasi lolos dan lanjut ditemani mbanya menuju pintu keluar yang langsung terhubungi dengan transportasi umum. 


Penginapan di Tokyo yaitu di Oak Hostel Cabin. Nah, dengan alamat tujuan yang jelas, mbanya langsung beli tiket sekali jalan dimesin pembelian tiket kereta (tujuan akhir untuk turun adalah Stasiun Nihombashi), dengan penjelasan yang jelas dan saya mengerti, harapannya nanti tidak nyasar. Dengan mengucapkan terimakasih dan tak lupa bungkuk ala-ala Jepang ke mbanya dan dibalas juga sama mbanya, hal yang simpel tapi rasa saling menghargai satu sama lain itu memang beda. 

Perjalanan dari Bandara Haneda menuju Stasiun Nihombashi lumayan lah, sekitar 45 menitan. Perasaan campur aduk itupun makin naik, hidupkan paket internet roaming, langsung bermunculan pesan-pesan, telpon WA, bahkan orang kantor ada yang videocall untuk memastikan bahwa saya ga keluar negeri, karena yang tau itu cuma kepala kantor saja. Jadi, untuk komunikasi cuma pakai LINE aja, mencegah hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan liburan ini.

Oh iya, perjalanan kali ini itu ada Kintan dan Arief, mereka sudah duluan sampe di Tokyo dan nginap di penginapan yang beda untuk semalam aja, dan besoknya baru bergabung di Penginapan Oak Hostel Cabin. Untuk komunikasi kami sepakat menggunakan LINE supaya ga ketauan "Online" WAnya hahaha..

Jam 9.15pm saya keluar dari salah satu pintu exit Stasiun Nihombashi menuju penginapan. Bermodalkan Google map saya mengikuti rute yang ada pada layar handphone. Perkiraan jalan menuju penginapan sekitar 16 menitan. Sambil melihat suasana sekitar, masyarakat yang lalu lalang habis pulang kerja, dengan barang bawaannya masing-masing, ada yang sedang merokok di depan gedung-gedung kantor (tentunya di spot khusus untuk merokok). Suara roda koper dan suara traffic light menemaniku yang sedang ngos-ngosan sambil pegang kamera ngerekam video. Ngos-ngosan bukan karena capek, ga tau kenapa, mungkin karena terlalu excited. Selang beberapa menit saya melihat ada 7 eleven  yang buka, singgah sebentar beli onigiri dan minuman. Onigiri favorit rasa Tuna Mayo dan pilihan minuman yang hangat sangat banyak disuasana malam yang lumayan dingin bagi saya. Ada beberapa orang yang sedang makan dan minum di depan tokonya, jadinya saya ikutan juga. Setelah selesai saya lanjut jalan dan nyampe di penginapan jam 9.39pm.


Saya langsung naik ke lantai 2 untuk check-in. Prosesnya gampang, resepsionis ramah, penjelasannya mudah dimengerti.
 

Proses check-in selesai, saya langsung naik ke kamar untuk istirahat. Untuk pertama kalinya mencoba kamar kapsul, cuma muat 1 orang per kapsulnya dan ga bisa terlalu berisik (ada peraturan-peraturannya untuk tamu yang menginap). Charge segala macam alat eletronik untuk besok jalan-jalan sama Kintan dan Arief. Bersih-bersih dan tidur.

15 Oktober 2018
Ohayooooo, selamat pagi. Pagi-pagi sudah bangun, cek keadaan diluar yang cerah dan dingin. Pas lihat ada banner sewa sepeda di penginapan ini langsung aja saya ke resepsionis untuk sewa sepeda dan bersepedalah sampe kemana-mana. 


Mumpung mereka belum kemari ya sudah main-main sendiri aja dulu keliling-keliling komplek sekitaran penginapan. Menikmati suasana Tokyo dipagi itu, tentunya pakai maps sangat memudahkan perjalanan. Melihat ada yang menarik di maps, tujuan akhirnya itu adalah Odaiba. Ikutlah rute sesuai dengan maps, di 3km awal masih aman-aman saja. di 5km baru sadar belum sarapan, jadinya singgah dulu di 7 eleven  untuk beli makanan dan minuman, juga snack (untuk di Odaiba rencananya). Nah, pas sudah mau sampai tujuan, wah.. sepertinya salah jalan ini pikirku, karena sudah mentok sampai di pelabuhan-pelabuhan tempat kapal bersandar, sementara jalan menuju ke Odaiba itu tidak jauh lagi, tapi harus melewati jembatan besar dan panjang yang posisinya itu ada di atasku, alias jalanan layang. Anjirlah, mana bisa lanjut ini pikirku. Ya sudahlah, langsung balik aja lagi ke penginapan. Untuk perjalanan balik ke penginapan ada beberapa landmark yang saya ingat biar ga terlalu sering buka maps. Suhu udara saat itu sudah mulai panas, ditambah dengan bawa sepeda yang ga nyantai lagi karena baterai handphone yang sudah mau sekarat. gaslah. Pas sudah mau 3km lagi nyampe penginapan Beteraiku habis dan lupa jalannya lewat mana. Damn. Modal nekad dan sotoy bisa juga sampe penginapan.

Sampai di penginapan Kintan dan Arief sudah standby untuk jalan-jalan keliling Tokyo, padahal mereka seharian sudah jalan kemarin.  Sambil saya beberes, mereka tunggu di lounge. Jam 12.03pm kami gas keluar penginapan. Sebelum ke stasiun terdekat, seperti biasa, sesi foto dulu.


Tujuan hari ini kemana? ga ada. Jadi, bebas mau kemana. Ya sudah kita sepakat untuk pergi ke Tokyo One Piece Tower. Nah, menuju stasiun aja lamanya kami ni jalan, semacam ga niat, berenti sana sini. Singgah di conbini store, jajan, ketawa-ketawa ga jelas, foto-foto lagi, gitu-gitu saja sampe jam 1.35pm naik kereta. Bayangin satu jam setengah lebih cuma untuk ke stasiun. Ya itulah kebebasan jalan sendiri, dari pada pake travel ya kan? Ga bebas. Selain itu karena kita juga belum terlalu familiar dengan penggunaan transportasi disana dan juga cara yang efisien pas beli tiket dan lainnya, makanya jam segitu baru naik kereta.

Sebelum ke stasiun tujuan Stasiun Daimon, saya menukar exchange order  untuk mendapatkan JRPass di Stasiun Tokyo dan lanjut ke perjalanannya. Kita tiba jam 1.55pm dan langsung ke exit gate. Untuk didalam stasiun disarankan ga jalan pelan-pelan apalagi berenti ditengah lalu-lalangnya orang-orang yang sedang bergegas dengan kesibukannya masing-masing. 


Setelah keluar dari pintu exit, menara itu bisa langsung dilihat. Hmm... ternyata jaraknya dari stasiun kesana itu lumayan jauh 1,1km. Karena saya baru mulai jalan-jalan jadi ga masalah, ga tau kalau Kintan sama Arief apa masih pegal apa gimana karena seharian kemarin sudah jalan-jalan. Suara traffic light, kendaraan, dan keramaian orang yang lalu-lalang menemani perjalanan kami, tentunya tak lupa foto-foto dan story Instagram (apalagi Kintan). Sampai di lokasi, kami lihat-lihat sekitar, dan jajan jajanan yang tersedia disana.

Setelah puas diluar, kita baru masuk kedalam towernya.


SANGAT EXCITED pas sudah masuk kesini, iyalah tontonan dari kecil pas Sekolah Dasar sampe sekarang pun masih menjadi salah satu anime favorite sepajang masa versi saya, sampe dia beneran jadi raja bajak laut mengalahkan semua yonko. Setelah beli tiket masuk, kami langsung menuju pemeriksaan tiketnya, dengan percaya diri kami kasihlah lembaran-lembaran yang dikasih sama kasir tadi. Awalnya salah kasih, malah kasih receipt. Mohon dimaklumilah ya, sama-sama terkendala di bahasa. Kami ga bisa bahasa jepang, petugasnyanya pun kurang bisa bahasa inggris. Dahlah, bahasa tubuh aja.

Untuk kalian yang suki sama One Piece, tempat ini adalah surga. Segala macam wahana permainan untuk masing-masing karakter, action figure, mainan-mainan, omiyage, sampe makanan-makanan di design semirip mungkin dengan yang ada di animenya.

Diawali dengan memasuki 360 Log Theatre, kami disuguhkan animasi adegan-adegan terkenal OP dilayar omnidirectional 360 derajat. Gila sih! dengan suara yang menggelegar serasa berada didalam animenya. Kemudian kami mengikuti alur untuk mencoba semuanya, SEMUANYA yang bisa dicoba hari itu, kecuali Kintan yang sudah ada janjian dengan suami orang Hiro-san. Nah, saya dan Arief coba semua wahana yang ada, sekalian menyelesaikan misi-misi yang ada dari lantai 3 sampai lantai 5, sampe capek yang ada hahaha, sangat berkesan.


Setelah puas menjajal segalam macam jenis yang ada di lantai 3 sampe 5, kami lanjut ke lantai atas Tokyo Tower untuk melihat pesona kota Tokyo dimalam hari. Wah, healing yang sangat menyenangkan buatku, selain pemandangan yang breathtaking, ada juga skywalk window yang kalo kalian jalan disitu berasa lagi terbang alias jalan diatas kaca dengan pemandangan langsung ke bawah Tokyo Tower. Oh iya, karena sudah mau Halloween dekorasinya itu horror-horror versi sanalah, keren pokoknya.


Jam 8.14pm kami keluar dari sana (Tokyo gelapnya cepat banget), sudah cukup puas. Nah pas dijalan menuju stasiun terdekat, kami berpapasan dengan rombangan Asty dkk, yang ga tau habis dari mana mereka jalanya. Semacam sempit banget dunia ini, ketemunya sesama orang bepees. Seluas itu Tokyo bisa juga ketemu, senang juga sih. Saling bingung pas ketemu, "eee..." haha. Ga lupa juga kami mengabadikan momen yang tanpa terencana itu. Untuk perjalanan dihari ini kami sepakati dicukupkan saja mengingat energi yang dikeluarkan tadi di Tokyo Tower ga nyantai ya kan, toh sudah puas juga. Diperjalanan kami beli makanan dan minuman dan nyatai sebentar di pinggir jalan. Tenang, sepanjang jalanan ini banyak tempat duduk yang dikhususkan untuk istirahat, pas banget ada yang didepan conbini store. Disitulah saya dan Arief duduk sebentar sambil komunikasi sama Kintan janjian mau ketemuan dimana biar bisa balik penginapan bareng-bareng. Berhubung Kintan sudah sampai duluan dan kami masih diperjalanan, jadinya dia jalan duluan dan tunggu di perempatan dekat penginapan, entah apa kerjanya disitu. 

Sambil berbagi cerita, foto-foto ga jelas, capek, kami melewatkan hari itu dengan kesannya masing-masing. Sesampai di penginapan saya Mandi, beberes dan lanjut istirahat.

16 Oktober 2018
Suasana pagi saat itu sangat sayang untuk dilewatkan, seperti biasa saya jalan pagi-pagi tidak jauh dari penginapan dan setelah itu balik lagi dan istirahat lagi sebentar sembari menunggu mereka bangun juga. Sudah memasuki waktu pagi ke siang tapi Kintan belum juga bangun-bangun, maklum sudah tua butuh istirahat lebih. Saya dan Arief langsung ke capsulenya untuk bangunin dibantu oleh videocall dengan Dekur. Ga mudah bangunin ini orang, harus dibujuk-bujuk dulu.

Setelah semuanya sudah sadar dan selesai beberes dengan barangnya masing-masing, kami kumpul di lounge dan lakukan proses check-out. Untuk saya masih bisa simpan barang-barang di capsule dan lemari yang disediakan karena saya sudah bayar sampai tanggal kepulangan ke Indonesia. Jadi bisa bawa barang-barang seperlunya saja, sisanya tinggalin di penginapan, untuk hari ini itu kami berencana ke Osaka, tapi nanti malam. Sebelum itu, kami memutuskan untuk keliling Tokyo sebisanya saja. Sendiri-sendiri. Bebas mau kemana aja. Jam 6 teng  harus sudah kumpul lagi untuk lanjut perjalanan. 

Sebelum itu, kami mengabadikan moment bersama karena sudah menginap disana. Berupa foto polaroid yang bisa ditempelkan di dinding penginapannya. Yeay.. bertambahlah koleksi penginapannya mereka. Bisa langsung mintain tolong sama staff disana untuk diambilkan fotonya, ntar langsung dicetak. Selain itu, kami dapat kaos Oak Hostel Cabin satu orang satu.

Berhubung kami belum sarapan, sepakat sambil menuju stasiun terdekat kita singgah di restoran dulu. Disepanjang jalan masih banyak restoran yang belum buka dan ada beberapa yang buka tapi ga meyakinkan dengan seleranya kami, sampe bingung-bingung jadinya kemana. Terkakhir adalah yang kira-kira bisa kami makan, tapi pas sudah masuk kesitu ternyata menu yang kami incar itu belum tersedia, karena ini masih dibawah jam 11am. Menu sarapan, menu makan siang, menu makan malam ternyata beda semua. Ya sudahlah, kami pilih sesuai yang tersedia saja yang penting terisi ini perut.

Kemudian kami lanjut ke stasiun terdeka. Udah masuk kedalam stasiunnya, dan berdiri didekat pembelian tiket kereta, nah disini kami gatau tujuan kemana. Setelah 'berdikusi', Arief memutuskan untuk ke Shibuya, saya ke Odaiba dan Kintan gatau kemana jadinya dia mau ikut ke Odaiba juga.

Perjalanan ke Odaiba sekitar setengah jam, seperti biasa dengan mengandalakan maps kami bisa sampai ke tujuan dengan selamat walaupun pas turun ternyata masih salah, harusnya ada 1 stasiun lagi. Pas sudah turun, naik lagi ke stasiun didepannya, dan sampailah kami. Tujuan kesitu itu karena mau liat patung Liberty yang katanya ada miniatur dari patung Libertynya New York. Berjalan sekitar 300 meter dari Stasiun Daiba menuju Odaiba Statue of Liberty, banyak juga wisatawan-wisatawan yang datang, dari mana saja. Kok tau? karena dari bahasa yang didengar pun beda-beda. Saat itu langit berawan seperti mendung tapi bukan mendung ditambah dengan polusi tokyo, tapi ga mematahkan semangat saya melihat sekitaran Odaiba ini. 

Beberapa puluh meter lagi sampai ke lokasi, kami makin ga terkontrol, excited. Sosoan kaget ala-ala..
👩: "etoooo.."
👨: "et.. cotto makassar"
👩: "nandayo.."
👨: "omo sinjiranaiyo (sambil ngerekam video cewek korea yang lewat papasan)"

seketika ngakak. Gatau apa yang keluar dari mulut kami wkwk
👩: "yabai.."
👨: "sugoiiijana..sugeeee"


Untuk hari weekdays saja sudah termasuk rame, gimana kalo weekend. Puas foto-foto disini, kami lanjut jalan kemana arah yang rame orangnya, karena pas liat jam kayanya masih terlalu cepat kalau langsung balik ke penginapan. Sepanjang perjalanan yang udaranya sudah mulai dingin, sambil liat-liat sekitar, kami berjalan dengan tidak santai dan sedikit ngos-ngosan haha. Sesekali ngomong bahasa Jepang yang tak lain dan tak bukan 
👨: "nani koreee..."
👩: "eeeeee....."
Pas ketemu sama keluarga yang sedang jalan-jalan bawa anak kecil mereka
👨: "kawaiiiii...."
Gitu-gitu aja sampai ujung. Ke-excited-an ini buat kami ga merasa kecapean padahal sudah jalan jauh itu. Iyalah yang dilihat banyaaaak. 

Sesampai disisi lainnya Odaiba, kami langsung dikasih pemandangan pepohonan yang sudah mulai memerah, musim gugur is real. Setelah diamati, disini malah lebih rame dibanding tempat tadi. Kebetulan sedang ada fanmeet artis Kpop. Ada aktivitas terkait Gundam juga. Rame betul. Dari jauh kami lihat ada Bianglala besar banget, yaudah langsung jalan santai-santai sambil buat video ala-ala dan foto-foto. 


Video dan foto kami rasa cukup dan waktu sudah mau menunjukkan pukul 4pm waktu setempat, kami balik ke stasiun tadi untuk balik. Padahal menikmati waktu sore menuju malam di Odaiba ini menyenangkan juga. Untuk saya yang menikmatinya tidak terlalu lama saja sudah sangat ter-healing dengan apa yang dialami. Dengan berat langkah kami jalan, langit juga sudah mau gelap, padahal baru jam berapa. biasalah kalo di pulau tempatku tinggal jam 7pm baru gelap langitnya, nah ini jam 5 udah mau gelap.

Sampai di stasiun, pas banget langsung ada kereta yang baru sampai dan saya langsung masuk ke kereta, tapi si Kintan ini ga bisa masuk karena pintu kereta langsung tertutup pas dia mau masuk. Saling tataplah kami. NGAKAK. Dengan ngasih kode pake bahasa isyarat ala-ku, "nanti kita ketemuan di stasiun berikutnya ya". Udah kaya apa aja.  Bertemu di stasiun berikutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun terdekat dengan penginapan. 

Di penginapan ternyata kami duluan sampai. Sambil menunggu arief, kami santai-santai di lounge lagi sambil "lounge-tour" ala Kintan. 


Jam 6:07pm Arief sampai, istirahat sebentar sambil ngobrol sama tamu-tamu yang lain di lounge dan langsung beberes ambil barang masing-masing untuk dibawa ke Osaka.

Perjalanan ke Osaka ditempuh sekitar 3 jam (pakai Shinkansen), pengennya jalan di pagi atau siang hari biar bisa lihat pemandangan sekitar, syukur-sukur bisa liat Gunung Fuji. Ya kali bisa liat malam-malam. Sampai di Stasiun Tokyo, kami harus mencari jalur Shinkansen mana yang harus kami naiki menuju Osaka. Seperti biasa, pasti ada salah-salahnya. Untungnya jam 7:36pm kita semua sudah stand-by menunggu giliran Shinkansen kita setelah drama bawa barang pindah-pindah peron. wohooo..


Saat itu dapat tempat duduk disamping jendela. Selama perjalanan hanya bisa lihat lampu yang terang benderang dan beberapa kali lihat rumah penduduk yang kaya di anime-anime. Perjalanan dengan Shinkansen ini juga salah satu yang harus dicoba kalo ke Jepang dan akhirnya tercapai juga. Jujur, seperti naik pesawat tanpa tubulensi. Kalo kita sebagai penumpang lihat keluar jendela, jalannya kaya biasa aja, tapi orang dari luar yang lihat Shinkansen jalan ini kaya apa aja, ngebut banget. 


11:30pm kami sampai di Stasiun Shin-Osaka dan harus sambung kereta di line lainnya untuk bisa ke tempat penginapan kami berikutnya. Suasana di stasiun malam itu sangat berbeda sama yang di Tokyo. 

Dilihat dari bangunannya, keretanya, dan lainnya terliat ’tua’ dimataku. Selain itu kebiasaan masyarakatnya. Salah satunya kalo naik eskalator itu berbeda posisi untuk yang mau buru-buru. Di Osaka kita harus berdiri disisi kanan dan sisi kiri dibiarkan kosong untuk yang langsung jalan, berbeda dengan di Tokyo yang berlaku sebaliknya.

Menunggu sekitar 10 menit di stasiun tersebut, kami naik kereta menuju Stasiun Tsuruhashi. Berhubung sudah ada panduan untuk menuju ke penginapannya (dari yang punya airbnb) kita langsung ikuti saja petunjuk-pentunjuk dari file pdf yang diberikan, mulai dari mencari pintu exit stasiun. Dengan barang bawaan masing-masing yang ga ringan, kami salah pintu exit lagi karena untuk jam segitu sudah ditutup, jadi cari alternatif lainnya yang harus naik turun tangga wkwk kasian yang bawa koper berat-berat. Gapapa. Suasana malam itu sangat sepi hanya terdengar sesekali kereta terkahir yang lewat saja. Bahkan untuk orang-orang yang habis pulang kerja atau minum-minum masih ada juga beberapa. Pencahayaan menuju penginapan tidak terlalu terang banget, jadi hanya bisa memantau yang dekat-dekat saja. Panduan yang jelas, hanya lurus-lurus saja menuju penginapan, kita sampai. Oh iya, ini juga self sevice dari bagaimana ambil kunci dan cara aksesnya juga sudah diberikan oleh yang punya airbnb. Sangat mudah. 

Nama penginapan kita di Osaka adalah Ur Room Apartment. Ruang studio yang cocok buat kita yang bakalan jarang di penginapan karena kerjanya jalan aja, jadi ga perlu yang gede-gede. Berbeda dengan penginapan kita yang di Tokyo, yang ini bisa dibilang lebih private karena sudah ada bedroom dan laundry, kitchen dan dining, bisa jemur kain juga, lengkaplah. Setelah semuanya beberes dengan barang dan diri masing-masing, kita isitirahat.  

17 Oktober 2018
Bangun pagi langsung buka pintu balkon. Menikmati pagi Osaka tapi tanpa kopi, hiks. Langit pagi itu sangat cantik, biru tanpa awan. Sesekali kereta lewat, tepat didepan balkon apartment kami, tentunya di rel layangnya itu. Beberapa orang juga bergegas melakukan aktivitasnya, bekerja dengan stelan suit
, anak-ank yang pergi ke sekolah, ibu-ibu yang sepedaan dengan barang bawaannya yang banyak, mungkin habis berbelanja. 


Hari ini rencananya kami ke Universal Studio Japan (USJ). Sebelum kesana seperti biasa, siapkan gear untuk foto dan rekam nanti disana. Sebelum itu udah sempat laundry beberapa pakaian juga mumpung lagi cerah. Sambil nonton tv yang isinya Bahasa Jepang semua wkwk macam ngerti aja. Jam 10:40 kami jalan, dan singgah dulu di Lawson untuk sarapan. Menuju ke stasiunnya baru kelihatan rame banget orang lalu-lalang, beda sama malam pas kami baru nyampe. Sempat kepikir bakalan rame ini yang naik kereta menuju USJ, ternyata ga seperti yang dibayangkan sepi menurutku, jam 12:13pm kereta kita datang. Kok tau? Iyalah, keretanya udah ada tulisan USJnya dan ada fotonya Harry Potter segerbong kereta. Masuklah kami, masih aman ga terlalu rame, masing-masing cari posisi yang "enak" menurut kami. Ternyata dipemberhentian berikutnya itu penumpangnya rame banget, memang tempat transit menuju USJ soalnya, bakalan kepisah ini kayanya kami semua pikirku. Betul, semakin kesini, penumpang semakin rame dan akhirnya pas turun aku memutuskan memisahkan diri sama yang lain karena batang hidung mereka ga kelihatan lagi. Touchdown Universal Studio Japan. Yeay!! 


Keluar dari kereta sudah berpencar-pencar ditambah pengunjung yang rame banget, ya sudah saya jalan aja sambil foto-foto dan rekam video sambil nunggu mereka juga. Saya berdiri menunggu yang lain didepan The Park Front Hotel USJ. Oh iya, kenapa ga pake LINE atau lainnya? Batere hp sudah habis haha, dahlah mungkin mereka juga nunggu disuatu tempat yang saya ga tau dimana, tunggunya ga lama-lama tapi, 10 menitan aja. Rata-rata pengunjung banyakan usia remaja dan dewasa yang kesini, ada yang sekeluarga, pasangan-pasangan, anak sekolah, segala usia pokoknya. Bahkan belum masuk ke gerbang utamanya saja udah banyak yang pake costume keren-keren dan dandanan yang keren-keren kayak penyihir, Joker, dan lainnya. Kerena ga ada hilal kemunculan mereka ini, saya memutuskan untuk lanjut jalan sendiri, mana tau nanti ketemu juga didalam. Gas!


Lanjut nanti ya..